Tiang Kasipahu dan Runtuhnya Maritim Bima

Header Menu

Cari Berita

Iklan Media



Tiang Kasipahu dan Runtuhnya Maritim Bima

Minggu, Januari 24, 2021

Potretntb.com - Abad XV menjadi momentum penting bagi perkembangan sejarah kerajaan Bima. Raja Manggampo Donggo dan Perdana Menteri Bilmana melakukan ekspansi wilayah ke Manggarai, Alor hingga Solor. Putera Bilmana La Mbila dan La Ara ditugaskan mengemban misi itu. La Mbila dan kekuatan Pabise (Angkatan Laut Bima) berhasil menaklukan Manggarai, Alor hingga Solor. Nama La Mbila dan Pabise pun tenar dengan La Mbila Ma Kapiri Solor dan Pabise Ma Kapiri Solor (yang menguasi Solor). 

Antropolog Bernes De Jong Borns dalam papersnya Mount Tambora In 1815 On Volcanous Eruption In Indonesia And Its After Marks menyebut pulau Sumbawa sebelum letusan gunung Tambora telah terkenal dengan produk pertanian dan kehutanan seperti padi, kopi, kacang hijau, Lada, kayu, rusa dan lain lain. Bandar Bima adalah salah satu pelabuhan yang sangat ramai. Sejarahwan Adrian B.Lapian menyebut bahwa pada abad 16 dan 17 Bima adalah bandar terbesar setelah berkoalisi dengan Gowa. Bima memiliki undang undang dan hukum laut yang  dikenal dengan Bandar Bima.

Perjalanan Pabise dan kejayaan Maritim Bima harus berhenti pada masa Sultan Abdullah (1854-1868) dan perdana menteri Muhammad Yacub. Belanda terus melakukan intimidasi dan memaksa angkatan laut Bima untuk menyerang para pelaut Bugis, Makassar, Ternate dan Tidore karena dianggap sebagai bajak laut. Agar tidak dimanfaatkan Belanda untuk menyerang saudara serumpun. Wazir (Perdana Menteri) Muhammad Yacub membubarkan angkatan laut Bima.

Perwira angkatan laut Bima yang juga dikenal dengan Amaral Selatan mulai terpencar.Meskipun mereka masih dapat saling mengenal dengan adanya bendera oranye dan tawa tawa sebagai lambang persekutuan mereka. Memasuki abad 20, kejayaan Maritim Bima betul betul runtuh. Manggarai lepas dari pangkuan Bima dan Kerjaaan Sanggar bergabung dengan Bima pada tahun 1926. 

Untuk mengenang pembubaran angkatan laut Bima, Sultan Abdulllah dan Ruma Bicara Muhammad Yacub mendirikan monumen tiang kapal di sebelah selatan Lare Lare Asi Mbojo. Tiang itu dikenal dengan Tiang Kasi pahu.Kayunya adalah Jati Kasipahu yang berasal dari hutan Tololai Wera. (sekarang Ambalawi). Pada tahun 2003 tiang kasi pahu patah. Dr. Hj. Siti Maryam Salahuddin membangun replika Tiang Kasi Pahu di sebelah selatan tiang lama.Kayunya diambil dari kecamatan Wawo. 

"Kini tiang Kasi Pahu betul betul merana sesuai namanya Kasi Pahu". 

Penulis: Alan Malingi Budayawan Bima