Sumber foto: APKPure.com
Potretntb.com - Usia kian bertambah dan masalah kian menyampah. Keadaan ini membuat sebagian alumni HMI gerah dan marah.
HMI merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang telah banyak melewati pasang surut arus kebangsaan dan keislaman di Indonesia. Kedewasaannya dalam mengisi arah masa depan bangsa tidak dapat dipungkiri.
Namun seiring perkembangan tata peradaban yang kini makin canggih. HMI mulai mengalami kehilangan arah perjuangan. Ritual-ritual religiusitas dan Keilmuan sudah semakin sepi.
Aktivitas politik yang lebih mendominasi kampus HMI mengikis abis ruh kader-kader yang sedang menjalani pertapaan keilmuan. Kawah Candradimuka bagi mahasiswa Islam ini kini menjadi Kawah Cedera di muka. Yaitu dengan mengguritanya masalah dualisme pengurusan dan merosotnya moralitas anggota.
HMI di usia yang tidak muda lagi ini seperti mengalami menopause akan lahirnya kader-kader Intelektual dan pembaharu gagasan ke-Islaman dan Kebangsaan.
Komisariat yang mestinya menjadi madrasah bagi kader HMI mengalami suri dari ritual-ritual keislaman dan kemahasiswaan. Sementara di tingkatan cabang beralih menjadi seperti lembaga yang bisa menjadi pesanan.
Jika mau diurai lebih banyak maka sepertinya HMI hari ini kehilangan prestasi di panggung Keindonesiaan dan Keislaman. Lalu apa yang harus dilakukan oleh adek-adek atau teman-teman HMI hari ini?
Pertama, HMI mesti sepenuhnya kembali pada komitmen Kebangsaan dan Keislaman. Menghidupkan kembali ritual- ritual keilmuan di tingkatan komisariat-komisariat. Dengan memanghadirkan kembali mentor-mentor yang setia terhadap Missi HMI.
Kedua, HMI harus melakukan totalitas inward looking dan outward looking. Agar setiap cabang dapat mengusung orisinalitas gagasan organisasi sesuai dengan kearifan lokal dan kecerdasan lokal masing-masing.
Ketiga, anggota atau kader HMI segera mengakhiri prilaku hedonisme dan kongkow-kongkow ala borjuis yang membelenggu nalar kritis kader. Bahkan itu membuat kader hanya cinta dunia dan mengukur keberhasilan perjuangan hanya dari seberapa tinggi jabatan diperoleh dan harta yang dimiliki.
Keempat, para kader harus terus merindukan dan yakin bahwa dalam diri mereka ada Cahaya Illahiah dan energi intuitif yang dapat mengeluarkan HMI dari gelap akibat Sepi-ritual di berbagai tingkatan. Kerinduan terhadap cahaya illahiah itu hanya dapat dan bisa didapat dari mempedomani Al-Quran dan Kenabian (Sunah).
Sebagai tanggung jawab sejarah di wariasan usia HMI yang ke-74 Tahun ini, saya berkeyakinan bahwa adek-adek HMI akan memperoleh kejayaan sejarah HMI kembali. Jika dan hanya jika para kader HMI di berbagai tingkatan segera *Mengakhiri Sepi-Ritual HMI*
Semoga Sukses dan Jaya kembali HMI-ku
Penulis: Agus. M (Wasekjend PB HMI 2008-2010)