Foto: Pak Abdullah Desa Jati Baru Timur Kota Bima sedang memetik daun kelor di kebunnya
Bima, Potretntb.com - Falsafah Maja Labo Dahu telah mengajarkan masyarakat Bima untuk tekun dan gigih dalam bekerja dan mencari makan. Mereka malu tidak bekerja dan takut jika tidak mampu memberi nafkah kepada keluarga. Malu untuk meminta minta dan takut akan siksa Tuhan di dunia dan akhirat.
Ada satu ungkapan yang melekat dalam keseharian yaitu " Nggara Nggende si tahopu Ngge'e Nggaro" Daripada mengemis lebih baik hidup berkebun. Hidup mengasingkan diri di kebun lebih terhormat daripada tidak bekerja sama sekali atau mengemis.
Di kebun dibangun gubuk. Mereka menanam berbagai jenis sayuran, umbi umbian dan segala kebutuhan hidup. Ada cabe, kemangi, tomat, dan aneka sayuran. Pohon kelor dan Turi biasanya ditanam di pinggir kebun dan menjadi pagar kebun. Di kebun mereka juga beternak, khususnya ayam. Hasil kebun mereka jual untuk kehidupan sehari - hari dan menyekolahkan anak.
Di kebun mereka makan seadanya dari semua yang ditanam. Makan nasi dengan sayur daun kelor,meskipun tanpa ikan sangat nikmat. Hal itu karena didapat dari lingkungan sekitar dan dari keringat sendiri. Prinsip yang dipegang dalam "Nge'e Nggaro adalah Haju Ka'a di tundu, uta mbeca di tewe" artinya Kayu bakar dipikul, sayuran ditenteng. Itulah pemandangan yang kerap kita lihat ketika kita ke desa desa terutama di jalan jalan desa yang terletak di pinggir kebun.
Ngge'e Nggaro bagian dari peradaban masa silam yang mengajarkan kita tentang kerja keras dan kesederhanaan hidup. Apapun yang ditanam akan tetap menuai hasil sebagaimana ungkapan
Wara si ngguda,
wara dipoke .
Wara si ra dama,
wara dikadami
Artinya :
Ada yang ditanam
ada yang dipetik
Ada yang dipegang
Ada yang dicicipi
Ngge'e Nggaro memberikan motivasi agar kita tidak berpangku tangan. Kita harus berusaha.
Penulis: Alan Malingi