Peran Kesultanan Bima Dalam Perang Makassar (Part II)

Header Menu

Cari Berita

Iklan Media



Peran Kesultanan Bima Dalam Perang Makassar (Part II)

Senin, Desember 20, 2021

Bima, Potretntb.com -- Sejak masa pemerintahan Sultan Ala’uddin (1593-1639) hingga masa pemerintahan Sultan Muhammad Sa’id (1639-1653), berbagai konflik fisik telah terjadi antara Gowa dengan VOC Belanda. Sultan Hasanuddin (1653-1669) pun meneruskan kebijakan ayahnya (Sultan Muhammad Said) untuk menentang VOC Belanda dan membantu rakyat Maluku. Meskipun berkali-kali VOC telah mencoba menjerat Sultan Hasanuddin dengan perjanjian yang licik, namun sultan Gowa itu tak pernah terpedaya. Tahun 1659, VOC pun menyadari bahwa tidak ada jalan damai dengan Gowa, persekutuan dagang asal Belanda itu pun mempersiapkan perang.

Di dalam negeri, Kesultanan Gowa menghadapi konflik internal dengan Bone. Bone yang sejak 1644 telah ditaklukkan dan dikuasai oleh Gowa, kembali memberontak pada tahun 1660 akibat kebijakan Gowa yang terlalu keras dalam memperlakukan orang Bone yang dipekerjakan dalam membangun benteng Panakkukang. Arung Palakka yang menjadi salah satu pemimpin pemberontakan akhirnya pergi ke Batavia untuk meminta bantuan VOC Belanda. Namun mereka belum bisa memusatkan perhatian untuk menghadapi Gowa karena sampai tahun 1666 mereka disibukkan dengan berbagai konflik dengan Portugis di India dan juga penaklukan Sumatera.

Akhirnya pada 24 November 1666, pasukan VOC meninggalkan Batavia untuk menyerang Makassar dan tiba di perairan Makassar pada tanggal 19 Desember 1666. Pasukan ini dipimpin oleh Cornelis Janszoon Speelman dan sejumlah petinggi angkatan perang VOC serta dibantu oleh Aru Palakka dan Kapiten Jonker van Manipa. Jonker van Manipa ini bernama asli Achmad Sangadji. Ia adalah seorang bangsawan asal Manipa - Maluku, ayahnya merupakan seorang Sangaji (pejabat setingkat bupati) di Kesultanan Ternate pada masa Sultan Hamzah (1627-1648).

Maka pada tanggal 21 Desember 1666 meletuslah perang meriam antara VOC dan Gowa. Lalu pada tanggal 25 Desember 1666, VOC menyerbu daerah pusat logistik Gowa, Bantaeng. Bantaeng dibakar beserta 30 desa di sekitarnya. Kemudian armada VOC yang dipimpin Speelman itu bergerak ke Buton untuk menghadapi pasukan Gowa yang sedang mengepung Buton. Mereka tiba di sana pada tanggal 31 Desember 1666 dan langsung disambut oleh 15.000 pasukan Gowa yang dipimpin oleh Karaeng Bontomaranu. Maka 1 Januari 1667 meletuslah pertempuran besar antara kedua belah pihak. Namun pasukan Gowa yang terdiri atas laskar Makassar, Bugis, dan Mandar itu akhirnya terpecah belah. Mengetahui bahwa Aru Palakka berada di dalam barisan VOC Belanda, maka 5000 orang laskar Bugis Bone dan Soppeng pun membelot dan menggabungkan diri dengan Aru Palakka. Demikian juga dengan laskar Mandar yang akhirnya menjadi terguncang akibat hal tersebut.

(Bersambung

Penulis: Faisal Mawa'ataho