Ilustrasi: Dok Blodspot Thebestpeternakanku
Sumbawa Besar, Potretntb.com -- Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir industri komoditas kambing berkembang di Nusa Tenggara Barat, perkembangan ini sayangnya belum didukung dengan data sebagai bukti yang menunjukan adanya peningkatan permintaan pasar. Namun kalau di petakan pasar terbesar masih berada di Pulau Lombok dan itu pada saat Idul Adha dan hari hari besar lainya. Permintaan pasar akan daging kambing tiap tahun kian meningkat seiring meningkatnya kesadaran dan kesejahteraan masyarakat.
Jika di perhatikan pupulasi kambing Nusa Tenggara barat 2019 terdapat 622 039,00 ekor, dari jumlah itu penyebaran kambing masih terpusat di Pulau Lombok, sebenarnya populasi kambing ini perlu di petakan agar rencana strategis kedepan jelas, termasuk pemetaan potensi pasar yang nantinya akan merangsang munculnya pelaku usaha baru. Melalui pemetaan kita dapat mengetahui kemempuan produksi dan reproduksi dari kambing yang ada. Dari pemetaan tersebut juga, kita dapat mengetahui kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan daging kambing Nusa Tenggara Barat sehingga akhirnya dapat memasok juga kebutuhan pasar Nasional dan Internasional.
Sebenarnya Nusa Tengagra Barat memiliki potensi untuk memasok permintaan yang ada, namun terkendala dengan data penyebaran kambing yang tersebar dengan jumlah yang kecil, serta kurangnya calon bibit yang berkualitas. apalagi mengingat komoditas kambing ini belum menjadi program prioritas Kementrian Pertanian Dirjen Peternakan. Karena itu pelaku usaha dan peternak harus diedukasi agar usahanya berorientasi bisnis agar terciptanya kestabilan kuantitas hulu ke hilir.
Potensi Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat memiliki potensi yang sangat menjajikan untuk dijadikan pusat industri feedlot dan breeding kambing, strateginya adalah dengan menerapkan program klasterisasi yang sedang di kembangkan HPDKI dimana 1 kelompok minimal memelihara 50 sampai 100 ekor induk. 20 kelompok saja memelihara 100 ekor induk artinya NTB memiliki 2.000 ekor indukan. Dengan pola reproduksi selama 2 tahun sebanyak 3 kali beranak maka dapat 5.000 ekor tiap bulannya (Sumber TrobosLivestoc).
Keberadaan sentra peternakan kambing di daerah sebagai peluang yang bisa meningkatkan atau membantu mengakselerasi potensi yang dimiliki bisa memenuhi permintaan pasar yang ada. Mengoptimalkan potensi yang ada tidak harus di seluruh Indonesia tetapi cukup di sentra yang potensi dan jumlah populasinya sudah besar.
Guna menarik minat masyarakat untuk menjadi pelaku usaha kambing, bisnis ini harus menguntungkan. Di peternak, banyak kaidah ekonomi yang tidak bisa diterapkan seperti hanya memakai tenaga kerja keluarga sehingga pola-pola lama ini harus ditinggalkan agar usaha menjadi menguntungkan.
Usaha peternakan domba dan kambing semestinya perlu mengkombinasikan antara pengembangbiakan dengan penggemukan agar modal investasi tidak terlalu lama terpendam sehingga ada pendapatan dari hasil penggemukan. Jika bicara skala ekonomi maka populasi yang dipelihara minimal 100 ekor. Gambarannya, jika secara bersamaan memelihara 100 ekor indukan dengan 100 ekor bakalan penggemukan maka dalam waktu 3 bulan, peternak sudah bisa mendapatkan keuntungan serta pasokan bakalannya bisa terjamin dari usaha pengembangbiakan yang dijalankan.
Saat ini sudah banyak kelompok peternak kambing, salah satunya seperti Samawa Global Farm dalam menjalankan bisnisnya pelaku usaha masih terkesan sendiri-sendiri, belum ada pendampingan pemerintah pasarnya pun belum reguler dan hanya mengandalkan momen saat Idul Adha karena memang keuntungannya paling besar sehingga nanti grafiknya kurang bagus. Padahal terdapat pasar reguler seperti untuk horeka (hotel, restoran, katering) akikah, dan belum lagi adanya perhelatan Motogp Mandalika.
Alangkah bagusnya jika kelembagaan kelompok yang kecil-kecil ini digabung menjadi kelompok yang besar dan di jembatani offtaker yang menjamin pasarnya dalam wadah kemitraan sehingga perusahaan atau pelaku usaha yang sudah besar tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk kandang dan tenaga kerja. Upaya seperti ini akan membuat usaha menjadi lebih efisien, pembinaan lebih mudah, dan posisi tawar kelompok lebih tinggi.
Jika produksi domba dan kambing dari kombinasi pengembangbiakan dan penggemukan ini sudah stabil dan besar maka peternak akan mampu mengkalkulasi pasokan terhadap permintaan yang ada. Orientasi usahanya pun akan mengarah ke korporasi. Untuk itu, kombinasi pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan ini harus terus didorong oleh semua pihak, sehingga beriringan juga dengan salah satu slogan NTB Industrialisasi.
Memang yang paling efisien harusnya pembibitan kambing menjadi tugasnya pemerintah. Pemerintah menyiapkan bibit unggul yang telah tersertifikasi dan bisa disebar ke peternak untuk dikembangbiakan. Namun saat ini pengembangbiakan kambing dikerjakan oleh rakyat dan tidak ada kontrol sehingga kita tidak punya bibit yang cukup baik untuk dapat di biakkan.
Penulis: Imam Munandar (Dosen Universitas Teknologi Sumbawa)